Bagi umat Islam (yang suka baca buku sejarah) tentu sudah tidak asing lagi dengan salah satu sahabat nabi , Abdurahman bin Auf. Sahabat nabi yang sangat kaya yang menyumbangkan hartanya untuk perjuangan Islam. Dia salah seorang dari 10 orang yang dijanjikan masuk surga. Meski dijanjikan masuk surga, salah satu hadis menjelaskan Abdurahman Bin Auf masuk surga dengan cara merangkak alias tergopoh-gopoh. Kedengarannya Ironi. Padahal perannya dalam membela agama begitu besar. Apakah karena ia membela agama dengan harta. Tidak seperti sahabat lain yang yang membela agama dengan cara berperang mati-matian. Padahal menginfaqan harta di jalan Allah merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan. Al Quran mewajibkan kita berjihad dengan harta dan jiwa. Kata harta disebut dulu baru kemudian jiwa. Menurut para ahli tafsir, ayat ini menunjukan betapa pentingnya berjihad dengan harta. Berjihad dengan harta lebih utama daripada berjihad dengan jiwa. Alasan tersebut masuk akal, mengorbankan harta/rizki bisa jadi lebih sulit daripada berjihad dengan mengorbankan jiwa. Mencari rizki dituntut kesabaran, keuletan, kerja keras bahkan tak jarang beresiko kehilangan jiwa. Selain itu perjuangan Islam baik di medan dawah maupun di medan pertempuran memerlukan dana/harta sebagai pendukungnya.
Perkara Abdurahman bin Auf yang masuk surga dengan merangkak. Jawabanya gampang saja , sudah kehendak Allah. Saya belum menemukan jawabannya. Namun jika saya amati di sekeliling kita, terdapat empat jenis manusia hubungannya dengan mendapat rizki (yang halal) Entah pendapat saya ini bisa menjawab alasan dibalik kisah Abbdurahman bin auf atau tidak Ke empat jenis /tipe itu adalah :
Memperoleh Rizki /harta dengan mudah dan banyak
Perkara Abdurahman bin Auf yang masuk surga dengan merangkak. Jawabanya gampang saja , sudah kehendak Allah. Saya belum menemukan jawabannya. Namun jika saya amati di sekeliling kita, terdapat empat jenis manusia hubungannya dengan mendapat rizki (yang halal) Entah pendapat saya ini bisa menjawab alasan dibalik kisah Abbdurahman bin auf atau tidak Ke empat jenis /tipe itu adalah :
Memperoleh Rizki /harta dengan mudah dan banyak
Orang tipe ini sangat jarang. Bagi mereka harta cukup berlimpah. Bukan hanya kebutuhan dasar, kebutuhan mewah terpenuhi bahkan dengan sangat melimpah. Mengorbankan sebagian harta bagi mereka bukan perkara susah karena tidak terlalu berpengaruh terhadap harta/kekayaannya. Mendapat harta dan mengeluarkanya seperti membalikan telapak tangan saja. Bukan berarti mendapatkan rizki tanpa kerja keras. Kerja keras tetap diperlukan cuma Allah memberikan karunia berupa kelebihan-kelebihan dibanding orang lain dalam memperoleh rizki. Berkat Karunia Allah bisnis apapun selalu berhasil.
Memperoleh dengan mudah tapi sedikit
Biasanya tipe seperti ini adalah tipe pekerja/pegawai kecil dengan gaji tetap. Ada juga pedagang kecil/menengah yang punya langganan tetap tapi omzetnya masih kecil. Hidupnya sederhana, kelebihan tidak kekurangan juga tidak. Kebutuhan hidup standar terpenuhi dengan baik, tinggal bagaimana mengatur keuangan. Orang-orang seperti ini ada pula yang hidupnya seolah kekurangan, bukan karena tidak cukup rizki tapi karena lebih besar pasak daripada tiang. Bagi pegawai sekelas manager perusahaan besar tidak termasuk ke dalam tipe ini.
Memperoleh dengan susah tapi banyak
Adapun tipe orang seperti ini, rizki diperoleh dengan kerja keras, memeras keringat memutar otak Kadang susah tapi sekali mendapatkan jumlahnya besar. Kadang sebulan-dua bulan tidak mendapat penghasilan tapi sekali mendapatkan uang bisa untuk hidup standar beberapa bulan tanpa bekerja. Biasanya tipe ini para perantara perdagangan atau broker, konsultan proyek, programmer free lance, pekerja di bidang marketing dll.
Memperoleh dengan susah dan sedikit
Tipe ini mungkin paling banyak kita temui. Paling payah dan kesusahan dalam mendapat rizki. Bukan berarti tanpa penghasilan sama sekali Penghasilan yang diperoleh tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari meski sudah pontang-panting , banting - tulang peras keringat.
Dari uraian di atas, Abdurahman bin Auf ada pada kelompok pertama. Bagi orang tipe ini mengorbankan setengah bahkan tiga perempat hartanya untuk kepentingan agama tidak berpengaruh sama sekali terhadap kebutuhan hidupnya. Misal dia punya uang satu milyar.(kita asosiasikan saja dengan keadaan sekarang) Jika diinfaqan setengahnya , dia masih punya 500 juta. Lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan ketika penghasilan seluruhnya diberikan, dengan cepat ia bisa memperoleh kembali keuntungan dari bisnisnya. Dikisahkan Abdurahman bin Auf sempat takut/kuatir karunia yang Allah berikan padanya sudah diberikan Allah di dunia sehingga tidak mendapat karunia di akhirat.
Beda lagi dengan tipe keempat walau kerja keras sampai nafas ngos-ngosan sebulan, ia tetap saja mendapat penghasilan yang kecil misal ia dapat 700.000 rupiah perbulan. Dengan uang sebesar ini apalagi punya anak istri , hidup di kota besar Jangankan diambil setengahnya diambil seratus ribu saja bisa sangat berpengaruh. Jika dengan keadaan seperti ini ia masih bersabar , bersyukur bahkan bisa menyisakan rizkinya untuk kepentingan din, dalam pandangan Allah bisa jadi lebih baik dibanding dengan tipe pertama. Apakah orang seperti ini akan masuk surga dengan merangkak padahal ketika di dunia ia memperoleh rizki dengan merangkak pula (susah payah). Allah melihat tingkat kesulitan manusia dalam memperoleh rizki juga seberapa besar keikhlasannya dalam berkorban. Wallahu alam Tentu Allah Maha Adil
Tipe-tipe di atas tidak permanen, artinya bisa saja dalam perjalanan hidup kita mengalami semuanya. Yang jelas dalam keadaan apapun umat Islam tetap punya kewajiban mengorbankan harta untuk kepentingan agama (jihad fi sabilillah) maupun kepentingan sosial. Tentunya menurut kemampuan masing-masing. Jadi tidak perlu menunggu kaya dulu untuk berjihad dengan harta. Malah sebaliknya justru dengan berinfaq akan membuat kita kaya.
Jadi bukan hanya tipe Abdurahman bin auf saja yang bisa berjihad dengan harta. Siapapaun wajib dan pasti bisa. Bisa jadi masuk surga dengan berdiri tidak merangkak seperti Abdurahman bin Auf meski selama hidup harta yang dikorbankan tidak sebesar Abdurahman bin Auf.
Memperoleh dengan mudah tapi sedikit
Biasanya tipe seperti ini adalah tipe pekerja/pegawai kecil dengan gaji tetap. Ada juga pedagang kecil/menengah yang punya langganan tetap tapi omzetnya masih kecil. Hidupnya sederhana, kelebihan tidak kekurangan juga tidak. Kebutuhan hidup standar terpenuhi dengan baik, tinggal bagaimana mengatur keuangan. Orang-orang seperti ini ada pula yang hidupnya seolah kekurangan, bukan karena tidak cukup rizki tapi karena lebih besar pasak daripada tiang. Bagi pegawai sekelas manager perusahaan besar tidak termasuk ke dalam tipe ini.
Memperoleh dengan susah tapi banyak
Adapun tipe orang seperti ini, rizki diperoleh dengan kerja keras, memeras keringat memutar otak Kadang susah tapi sekali mendapatkan jumlahnya besar. Kadang sebulan-dua bulan tidak mendapat penghasilan tapi sekali mendapatkan uang bisa untuk hidup standar beberapa bulan tanpa bekerja. Biasanya tipe ini para perantara perdagangan atau broker, konsultan proyek, programmer free lance, pekerja di bidang marketing dll.
Memperoleh dengan susah dan sedikit
Tipe ini mungkin paling banyak kita temui. Paling payah dan kesusahan dalam mendapat rizki. Bukan berarti tanpa penghasilan sama sekali Penghasilan yang diperoleh tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari meski sudah pontang-panting , banting - tulang peras keringat.
Dari uraian di atas, Abdurahman bin Auf ada pada kelompok pertama. Bagi orang tipe ini mengorbankan setengah bahkan tiga perempat hartanya untuk kepentingan agama tidak berpengaruh sama sekali terhadap kebutuhan hidupnya. Misal dia punya uang satu milyar.(kita asosiasikan saja dengan keadaan sekarang) Jika diinfaqan setengahnya , dia masih punya 500 juta. Lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan ketika penghasilan seluruhnya diberikan, dengan cepat ia bisa memperoleh kembali keuntungan dari bisnisnya. Dikisahkan Abdurahman bin Auf sempat takut/kuatir karunia yang Allah berikan padanya sudah diberikan Allah di dunia sehingga tidak mendapat karunia di akhirat.
Beda lagi dengan tipe keempat walau kerja keras sampai nafas ngos-ngosan sebulan, ia tetap saja mendapat penghasilan yang kecil misal ia dapat 700.000 rupiah perbulan. Dengan uang sebesar ini apalagi punya anak istri , hidup di kota besar Jangankan diambil setengahnya diambil seratus ribu saja bisa sangat berpengaruh. Jika dengan keadaan seperti ini ia masih bersabar , bersyukur bahkan bisa menyisakan rizkinya untuk kepentingan din, dalam pandangan Allah bisa jadi lebih baik dibanding dengan tipe pertama. Apakah orang seperti ini akan masuk surga dengan merangkak padahal ketika di dunia ia memperoleh rizki dengan merangkak pula (susah payah). Allah melihat tingkat kesulitan manusia dalam memperoleh rizki juga seberapa besar keikhlasannya dalam berkorban. Wallahu alam Tentu Allah Maha Adil
Tipe-tipe di atas tidak permanen, artinya bisa saja dalam perjalanan hidup kita mengalami semuanya. Yang jelas dalam keadaan apapun umat Islam tetap punya kewajiban mengorbankan harta untuk kepentingan agama (jihad fi sabilillah) maupun kepentingan sosial. Tentunya menurut kemampuan masing-masing. Jadi tidak perlu menunggu kaya dulu untuk berjihad dengan harta. Malah sebaliknya justru dengan berinfaq akan membuat kita kaya.
Jadi bukan hanya tipe Abdurahman bin auf saja yang bisa berjihad dengan harta. Siapapaun wajib dan pasti bisa. Bisa jadi masuk surga dengan berdiri tidak merangkak seperti Abdurahman bin Auf meski selama hidup harta yang dikorbankan tidak sebesar Abdurahman bin Auf.
No comments:
Post a Comment