14 March 2008

ULASAN PARTAI-PARTAI DI INDONESIA(PDI/PDIP)

PDI/PDIP

Pada masa orde baru, saat-saat kebebasan berpolitik dibatasi. Partai ini selalu jadi pecundang diurutan ketiga dalam perolehan suara dibanding dua partai saingannya Golkar dan PPP. Orang yang ketahuan memilih partai ini di zaman berkuasanya Suharto. Jangankan jadi simpatisan, pemilih apalagi pengurus . sekedar memakai kaosnya saja bisa digelandang ke balai desa. Dan serentetan penderitaan menanti. Mau buat KTP dipersulit apalagi jadi PNS. PNS yang ketahuan jadi pemilih. bisa dihambat karirnya bahkan lebih kejamnya lagi dipecat. Jadi jangan heran jika saat itu yang berani memakai kaos merah berlambang banteng ini hanya para abang tukang becak, sopir angkutan umum, pedagang, penganggur dan orang-orang yang bekerja disektor informal. Itupun hanya orang-orang kota yang kehidupan berpolitiknya agak bebas. Meski demikian ada juga beberapa pemuda kampung yang lama kerja di kota nyeleneh nekad menjadi simpatisan partai. Ketika digelandang ke balai desa atau ke KORAMIL atas “dosa” mereka. Mereka chuek-chuek saja sembari mengeluarkan argumen-argumen politiknya yang asal kena. Berlagak so pahlawan demokrasi/politik, pemberani dan tangguh.
Merasa sebagai partai yang dizhalimi dan didukung oleh. masyarakat kelas bawah Para simpatisan menggunakan kondisi ini sebagai alat untuk mendapatkan pengaruh. dan dukungan ditambah lagi dengan hal-hal berikut ini :

Menggembor-gemborkan kehebatan Sukarno dibanding Suharto. Katanya, Sukarno selain seorang proklamator ia juga sosok yang sederhana dan mencintai rakyatnya. PDI merupakan partai mengusung ide-ide Sukarno. Apalagi tadinya berasal dari PNI partainya Sukarno.
Menggembor-gemborkan bahwa PDI adalah partai Wong Cilik .Dan jika menang nanti kehidupan wong cilik akan terangkat.
Mendramatisir penderitaan anak-anak Sukarno yang konon dizhalimi Suharto. Padahal sesengsaranya-sengsaranya mereka. Mereka masih dapat tunjangan dari Negara. Kehidupan mereka mungkin lebih baik dibanding kehidupan anak-anak tukang becak, pemulung dll yang jadi simpatisannya.
Suharto tumbang, Reformasi bergulir, orang bebas berpolitik dan menentukan pilihannya. Suara PDI yang sekarang jadi PDIP menggelembung. Pimpinan PDI Megawati sempat mencicipi Istana Negara, jadi Presiden. Kini kita bisa bebas jalan-jalan di kampung-kampung seluruh Indonesia (asal punya ongkos) dengan memakai kaos oblong berlambang banteng mabok. Sekarang, kita lancar-lancar saja. membaut KTP bahkan dengan memakai kaos berwarna merah itu keluar masuk balai desa atau KORAMIL.. Sebaliknya orang yang memakai kaos kuning berlambang beringin bisa dicap sebagai antek-antek Suharto.
PDI menang abang-abang becak tetap dalam kehidupannya, para pengamen yang mengeluk elukan Sukarno lewat lagu Iwan Fals tetap dalam kehidupannya.. Orang-orang yang sakit hati terusir karena tanahnya tergusur , dipecat dari pekerjaannya dll di Zaman orba dulu cuma bisa melampiaskan dendamnya dengan berteriak-teriak hidup PDIP... Hidup Mega......kemudian mencoblos kuat-kuat sampai benar-benar bolong kertas suaranya. Merdeka !!!!!. Hmm lumayan. Tak ada yang menolong kehidupan mereka. Dari kezhaliman. diganti khezhaliman lain. Kasihan deh..luuuu...

No comments: