GOLKAR
Sebenarnya saya ,anda siapapun tentu bosan menulis, membaca dan mengkritik partai ini. Maklum beribu bahkan berjuta orang Indonesia pasca reformasi sudah terbiasa menghujat dosa-doa\sa partai ini dimasa Orba baik secara lisan atau tulisan, baik dengan argumen yang ilmiah maupun yang ngawur emosional. Jadi sudah basi membahasnya. Bisa dianggap pahlawan kesiangan, ketiggalan jaman.
Partai ini( dulu paling tidak suka disebut partai ) adalah partai yang pertama dan terakhir saya coblos. Waktu itu saya memang tidak mengerti apa-apa. Maklum masih duduk di kelas dua SMA alias pemilih pemula. ” Yang penting aman........” kata ketua kampung saat itu.
Namun demikian, meski borok di masa lalu sudah terendus. Masih banyak rakyat yang memilih partai ini dalam Pemilu. Masih banyak rakyat kita terutama orang tua setia sebagai pemilihnya. Rupanya doktrin politik Orba masih melekat dalam jiwa rakyat. Bahkan akhir-akhir ini masyarakat cenderung mengenang ke masa lalu dan ingin kembali ke masa lalu ,saat-saat harga-harga murah, saat –saat orang hidup dengan aman. Kondisi inilah yang digunakan Golkar untuk mendapat simpati. Dahulu orang memilih Golkar karena takut , sekarang orang memilih golkar karena ingin kembali ke kondisi masa lalu. Maka ketika ada wacana untuk membubarkan partai ini. Elit-elit partai jelas tidak mau. Terlanjur namanya sudah melekat di hati rakyat awam. Lagi pula jaringan sudah luas. Konon Golkar bertekad memulai hidup baru di era reformasi ini.dan melupakan dosa – dosa masa lalu. Bukannya menebus dosa-dosa di masa lalu kok malah melupakan begitu saja ?
Untuk mendapatkan simpati dari para pemilih dari golongan tua dan awam .Golkar menggembor-gemborkan keadaan Orba dengan kehidupan ekonomi lebih baik dibanding Era Reformasi. Sedangkan pemilih pemula yang tidak tahu sejarah masa lalu akan menganggap Golkar sama halnya dengan partai-partai lainnya. Dari sini Golkar punya peluang 50:50 untuk dipilih maupun tidak dipilih oleh pemilih pemula. Peluangnya sama dengan partai-partai lain di era reformasi.
Sedangkan bagi pemilih yang memilih untuk ke tiga kalinya dan tahu sejarah masa lalu mungkin akan lebih banyak meninggalkan partai ini. Tapi itu juga bagi kalangan yang berpikir.
Sebenarnya saya ,anda siapapun tentu bosan menulis, membaca dan mengkritik partai ini. Maklum beribu bahkan berjuta orang Indonesia pasca reformasi sudah terbiasa menghujat dosa-doa\sa partai ini dimasa Orba baik secara lisan atau tulisan, baik dengan argumen yang ilmiah maupun yang ngawur emosional. Jadi sudah basi membahasnya. Bisa dianggap pahlawan kesiangan, ketiggalan jaman.
Partai ini( dulu paling tidak suka disebut partai ) adalah partai yang pertama dan terakhir saya coblos. Waktu itu saya memang tidak mengerti apa-apa. Maklum masih duduk di kelas dua SMA alias pemilih pemula. ” Yang penting aman........” kata ketua kampung saat itu.
Namun demikian, meski borok di masa lalu sudah terendus. Masih banyak rakyat yang memilih partai ini dalam Pemilu. Masih banyak rakyat kita terutama orang tua setia sebagai pemilihnya. Rupanya doktrin politik Orba masih melekat dalam jiwa rakyat. Bahkan akhir-akhir ini masyarakat cenderung mengenang ke masa lalu dan ingin kembali ke masa lalu ,saat-saat harga-harga murah, saat –saat orang hidup dengan aman. Kondisi inilah yang digunakan Golkar untuk mendapat simpati. Dahulu orang memilih Golkar karena takut , sekarang orang memilih golkar karena ingin kembali ke kondisi masa lalu. Maka ketika ada wacana untuk membubarkan partai ini. Elit-elit partai jelas tidak mau. Terlanjur namanya sudah melekat di hati rakyat awam. Lagi pula jaringan sudah luas. Konon Golkar bertekad memulai hidup baru di era reformasi ini.dan melupakan dosa – dosa masa lalu. Bukannya menebus dosa-dosa di masa lalu kok malah melupakan begitu saja ?
Untuk mendapatkan simpati dari para pemilih dari golongan tua dan awam .Golkar menggembor-gemborkan keadaan Orba dengan kehidupan ekonomi lebih baik dibanding Era Reformasi. Sedangkan pemilih pemula yang tidak tahu sejarah masa lalu akan menganggap Golkar sama halnya dengan partai-partai lainnya. Dari sini Golkar punya peluang 50:50 untuk dipilih maupun tidak dipilih oleh pemilih pemula. Peluangnya sama dengan partai-partai lain di era reformasi.
Sedangkan bagi pemilih yang memilih untuk ke tiga kalinya dan tahu sejarah masa lalu mungkin akan lebih banyak meninggalkan partai ini. Tapi itu juga bagi kalangan yang berpikir.
No comments:
Post a Comment