10 August 2007

DOSA BUTA BAHASA

Kalau saya katakan muslim yang tidak bisa bahasa Arab sebagai orang yang berdosa, mungkin terlalu mengada-ada dan terlalu berlebihan. Tidak berlandasan. Orang arab diuntungkan dengan “Fatwa” ini. Dan muslim yang tidak berbahasa arab dianggap menanggung dosa. Termasuk saya . Tapi bagaimana jika pernyataannya diubah. Belajar bahasa arab wajib bagi tiap muslim. Rasanya tidak terlalu mengada-ada. Saya akui pernyataan secara tekstual belum saya temukan dalam Al Quran maupun Hadis, juga dalam buku –buku fiqih yang membahas hukum wajib, Haram,sunah atau mubah. Mungkin saya kurang referensi.
Wajib disini artinya wajib dalam arti khusus bukan dalam arti fiqh . Semacam wajib dalam kalimat ” Tiap-tiap muslim wajib hukumnya mencari Ilmu” Karena menuntut ilmu agama itu wajib, maka mempelajari bahasa arabpun menjadi wajib pula. Kewajiban yang timbul atas kesadaran sebagai muslim.
Bagi umat Islam perlakuan terhadap bahasa arab bukan sebatas menganggapnya sebagai bahasa bangsa Arab. Tetapi ia bahasa agama. Bagian dari ilmu agama. Bahkan sangat mendominasi dalam Ilmu agama. Sayang, banyak muslim yang menganggap tidak terlalu penting masalah ini. Simaklah di sekitar kita, orang tua kita merasa ketinggalan jaman dan Informasi ketika kemampuan bahasa Inggris anaknya kurang. Tetapi tidak merasa ketinggalan jika anak kita tidak mengerti bahasa Al Quran. Islam tidak melarang bahkan menganjurkan umatnya untuk pandai bahasa asing. Inggris, Jerman, China atau lainnya tetapi tidak mesti melupakan bahasa agamanya.
Mengembalikan Izzah Islam lewat bahasa cukup beralasan. Konon bahasa ini pernah menjadi bahasa komunikasi Internasional , bahasa teknologi, bahasa peradaban pada saat jaya-jayanya Islam di masa lalu. Seperti bahasa Inggris pada saat ini. Hal ini bisa kita lihat dari peninggalan-peninggalan masa lalu seperti surat-surat para sultan, dokumen-dokumen negara, uang logam dll.
Kosakata bahasa - bahasa di dunia banyak pula terpengaruh bahasa Arab. Melayu asal muasal bahasa Indonesia banyak mengambil kata-kata darinya. Saking kuat pengaruh budaya arab, nama orang tua kita dulu selalu diikuti nama ayahnya seperti hasan Bin Abdurahman mislanya. Pencantuman nama ayah kian lama kian pudar .

KETIKA BACAAN ADZAN DAN SHALAT DIPERMAK

Islam hampir tidak punya simbol - simbol khusus. Jubah, baju Gamis, Koko.Simbol bulan dan bintang yang terlanjur sianggap sebagai simbol Islampun. Tidak pernah dimaktubkan Nabi SAW di zamanya.Tidak seperti agama-agama lain yang penuh simbol. Agama - agama lain banyak bercampur dengan paganisme.
Bahasa dan tulisan Arab tidak bisa mewakili sebagai simbol Islam meski identik. Kita tidak bisa mengatakan Islam itu Arab atau Arab itu Islam. Bisa jadi muslim Amerika yang tidak bisa bahasa Arab lebih sholeh dan menjalankan Al Quran dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya bisa jadi orang timur tengah berbahasa Arab, fasih dan mengerti Alquran tetapi bukan muslim atau muslim yang tidak mengikuti yang dia pahami.
Sebagai contoh , saya punya pengalaman seprti ini : Suatu hari ketika saya dan teman-teman ber jalan di pasar kami mendengar lagu berbahasa arab dari VCD. Karena awam kami menganggap lagu yang diputar lagu – lagu Islami. Namun setelah melihat filmnya. Kami melihat orang-orang arab yang sedang asyik berjoget di diskotik lengkap dengan penari perut. Menurut kabar, kini sudah menyebar pula Injil behurup dan berbahasa Arab persis mushaf Al Quran. Injil ini disebarkan dengan tujuan mengecoh umat Islam yang kebanyakan Buta huruf dan buta Bahasa.
Dari kasus di atas, memang betul Islam harus diamalkan pada sisi isinya bukan hanya menonjolkan simbol. Dengan alasan ini timbul ” kreativitas”, mengganti bacaan adzan dan shalat dengan bahasa setempat. Bacaan adzan dan shalat dalam bahasa lokal pasti lebih mudah dipahami isinya. Mungkin dianggap lebih bisa mempertegas Islam sebagai agama yang diterima semua bangsa (universal). Diluar masalah Fiqh yang penuh pendapat, menurut saya ada sesuatu yang hilang ketika masuk genderang telinga. Kasusnya hampir mirip seperti pagelaran wayang kulit/golek berbahasa Inggris. Ada rasa yang hilang.
Allah tidak bersuku. Dia mengerti berbagai bahasa manusia. Kita boleh boleh saja berdoa menggunakan bahasa yang kita mengerti. Yang dituntut oleh Islam , kita mengerti arti bacaan yang kita baca, bukan mengubah dengan bahasa kita. Ini sebenarnya untuk memotivasi kita mempelajarinya. Allah berfirman bahwa Alquran bebahasa Arab supaya mudah dimengerti.(Lupa lagi ayatnya). Masalahnya yang mendominasi hidup kita bukan bahasa Arab. Seolah-olah bahasa Arab sangat sulit dipelajari. Bukankah kemampuan berbahasa hasil dari sebuah kebiasaan
Bagi saya bukan masalah fiqih dan rasa saja. Originalitas Islam lambat laun akan pudar. Ketika saya mendengar adzan berbahasa Arab atau membaca bacaan shalat dalam bahasa aslinya, bukan hanya dituntut paham artinya tetapi ada sesuatu yang membawa alam pikiran ke suatu suasana Islam dengan karakteristiknya. Ingat suasana gurun, suasana di masa jahiliyah, ingat nabi ,sahabat dan perjuangannya dll .Ujung-ujungnya ingat kebesaran Allah yang menurunkan agama ini dst. Susah dilukiskan dengan kata-kata.
Jika yang ada dalam Islam lambat laun dirubah dari wujud aslinya ,anak cucu kita di masa datang tidak akan punya semacam romantisme sejarah. Jika bahasa dan tulisan Arab saja yang identik dengan Islam tidak bisa dijadikan simbol karena sifat Islam yang Universal, lintas suku dan bahasa. Bagaimana jika tidak ada identitas sama sekali. Kitab suci Alquran terjemahan harus disuguhkan dengan bahasa dan tulisan aslinya ( arab). Ini tidak terjadi dalam injil atau kitab lain. Mereka tidak punya lagi semacam kewajiban bahwa kitab sucinya harus dalam bahasa Ibrani atau lainnya. Efeknya, sebagian orang merasa Agama Nasrani dan Yahudi berasal dari Eropa. Kitab suci dioprek dan diupgrade semaunya. Bagaimana jika ini terjadi pada generasi muslim di masa akan datang.
Islam diturunkan di tanah Arab kepada Nabi Muhammad yang berbangsa Arab, Al quran berbahasa dan bertuliskan aksara Arab. Mau tidak mau harus diterima sebagai sebuah fakta sekaligus takdir. Sama sekali tidak mengurangi nilai Islam sebagai ajaran Universal untuk semua manusia di dunia tanpa pandang suku.
Mari belajar bahasa agama ini dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab. Bukan untuk menjadikannya simbol tetapi untuk lebih memahami agama ini juga melawan pembodohan yang mengecoh kita lewat bahasa. Dengan demikian kejadian yang saya dan kita alami di atas tidak akan terjadi lagi.Tidak harus fasih seperti Raja Fahd tentunya. Ya , minimal untuk memahami Al Quran.

No comments: