Ada sebagian muslim yang berpandangan bahwa jilbab hukumnya tidak wajib. Jilbab hanyalah produk budaya Arab. Walaupun sudah jelas tertulis dalam Al Quran tentang kewajiban berjilbab.
Oke ! jika tetap pada pendirian bahwa jilbab produk budaya. Katakanlah jika hal ini benar (sebagai produk budaya) Sekarang kita coba nilai, apakah berjilbab merupakan budaya yang buruk atau budaya yang baik. Lebih baik mana antara budaya berjilbab dengan budaya rok mini. Mungkin bagi sebagian orang ada yang menganggap budaya rok mini lebih baik. Tidak mengapa kalau keukeuh alias ngotot. Bagaimanapun juga meski dugaan berjilbab adalah produk budaya. Orang yang kontra jilbab tidak mesti mengusik keberadaan orang yang berjilbab bukankah tiap orang boleh berbudaya. Bahkan ketika budaya itu baik mengapa tidak diikuti dan dikembangkan. Sama halnya dengan budaya membaca, budaya hidup bersih adalah budaya yang baik.
Oke !! ( he..he kebanyakan oke nih )Baik dan tidak mungkin relatif bagi tiap orang tetapi sudah menjadi sifatnya budaya biasanya ditularkan kepada bangsa lain dengan berbagai maksud atau tujuan. Seandainya ajakan berjilbab adalah hanya sebuah ajakan berbudaya Arab maka ajakan berpakaian ketatpun secara logika adalah ajakan terhadap budaya tertentu. Kasusnya sama sepeti ajakan memakai kebaya. Mengajak orang pada budaya Indonesia. Tidak ada salahnya bukan ?. Budaya disebarkan, ditularkan kepada orang lain dengan tujuan-tujuan tertentu.
Saya tidak tahu apakah orang yang berjilbab itu berjilbab dengan dasar keyakinan bahwa jilbab itu wajib atau bermodal keyakinan bahwa jilbab itu budaya (ikut-ikutan). Kita yang meyakini jilbab sebagai keyakinan tidak akan pernah luntur dengan teori yang mengatakan jilbab itu budaya karena dasar kita keyakinan bukan hanya pengetahuan sejarah dll. Sedang yang mengatakan jilbab itu budaya tentu dengan keyakinan pula.
Islam mengatur semua aspek kehidupan dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal yang besar termasuk masalah pakaian. Secara logika mustahil Allah mengatur tatacara makan, mandi dll yang dianggap hal-hal kecil tetapi tidak mengatur tata cara berpakain.
Seandainya masalah berpakain terutama untuk wanita tidak ada aturannya , manusia berhak meragukan kebenaran ajaran Islam yang konon komplit. Memang sudah sifat kebanyakan manusia selalu menentang. Seandainya dulu saat wahyu diturunkan Allah tidak memberi aturan tentang berpakain niscaya manusia sekarang pasti protes.
” Gimana nih Islam masa cara berpakain wanita saja tidak ada. Agama apaan ” Kira-kira begitu. Hmmm......
Oke ! jika tetap pada pendirian bahwa jilbab produk budaya. Katakanlah jika hal ini benar (sebagai produk budaya) Sekarang kita coba nilai, apakah berjilbab merupakan budaya yang buruk atau budaya yang baik. Lebih baik mana antara budaya berjilbab dengan budaya rok mini. Mungkin bagi sebagian orang ada yang menganggap budaya rok mini lebih baik. Tidak mengapa kalau keukeuh alias ngotot. Bagaimanapun juga meski dugaan berjilbab adalah produk budaya. Orang yang kontra jilbab tidak mesti mengusik keberadaan orang yang berjilbab bukankah tiap orang boleh berbudaya. Bahkan ketika budaya itu baik mengapa tidak diikuti dan dikembangkan. Sama halnya dengan budaya membaca, budaya hidup bersih adalah budaya yang baik.
Oke !! ( he..he kebanyakan oke nih )Baik dan tidak mungkin relatif bagi tiap orang tetapi sudah menjadi sifatnya budaya biasanya ditularkan kepada bangsa lain dengan berbagai maksud atau tujuan. Seandainya ajakan berjilbab adalah hanya sebuah ajakan berbudaya Arab maka ajakan berpakaian ketatpun secara logika adalah ajakan terhadap budaya tertentu. Kasusnya sama sepeti ajakan memakai kebaya. Mengajak orang pada budaya Indonesia. Tidak ada salahnya bukan ?. Budaya disebarkan, ditularkan kepada orang lain dengan tujuan-tujuan tertentu.
Saya tidak tahu apakah orang yang berjilbab itu berjilbab dengan dasar keyakinan bahwa jilbab itu wajib atau bermodal keyakinan bahwa jilbab itu budaya (ikut-ikutan). Kita yang meyakini jilbab sebagai keyakinan tidak akan pernah luntur dengan teori yang mengatakan jilbab itu budaya karena dasar kita keyakinan bukan hanya pengetahuan sejarah dll. Sedang yang mengatakan jilbab itu budaya tentu dengan keyakinan pula.
Islam mengatur semua aspek kehidupan dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal yang besar termasuk masalah pakaian. Secara logika mustahil Allah mengatur tatacara makan, mandi dll yang dianggap hal-hal kecil tetapi tidak mengatur tata cara berpakain.
Seandainya masalah berpakain terutama untuk wanita tidak ada aturannya , manusia berhak meragukan kebenaran ajaran Islam yang konon komplit. Memang sudah sifat kebanyakan manusia selalu menentang. Seandainya dulu saat wahyu diturunkan Allah tidak memberi aturan tentang berpakain niscaya manusia sekarang pasti protes.
” Gimana nih Islam masa cara berpakain wanita saja tidak ada. Agama apaan ” Kira-kira begitu. Hmmm......
2 comments:
Jilbab adl Budaya Arab
berikut kutipan Tafsir Al-Azhar Buya HAMKA (selengkapnya lebih jelas dan tegas dapat dibaca pada Al-Ahzab: 59 dan An-Nuur: 31):
'Nabi kita Muhammad saw. Telah mengatakan kepada Asma binti Abu Bakar ash-Shiddiq demikian,
"Hai Asma! Sesungguhnya Perempuan kalau sudah sampai masanya berhaidh, tidaklah dipandang dari dirinya kecuali ini. (Lalu beliau isyaratkan mukanya dan kedua telapak tangannya)!"
Bagaimana yang lain? Tutuplah baik-baik dan hiduplah terhormat.
Kesopanan Iman
Sekarang timbullah pertanyaan, Tidakkah Al-Qur'an memberi petunjuk bagaimana hendaknya gunting pakaian?
Apakah pakaian yang dipakai di waktu sekarang oleh perempuan Mekah itu telah menuruti petunjuk Al-Qur'an, yaitu yang hanya matanya saja kelihatan?
Al-Qur'an bukan buku mode!
Bentuk pakaian sudah termasuk dalam ruang kebudayaan, dan kebudayaan ditentukan oleh ruang dan waktu ditambahi dengan kecerdasan.
Sehingga kalau misalnya perempuan Indonesia, karena harus gelombang zaman, berangsur atau bercepat menukar kebaya dengan kain batiknya dengan yurk dan gaun secara Barat, sebagaimana yang telah merata sekarang ini, Islam tidaklah hendak mencampurinya.
Tidaklah seluruh pakaian Barat itu ditolak oleh Islam, dan tidak pula seluruh pakaian negeri kita dapat menerimanya.
Baju kurung cara-cara Minang yang guntingnya sengaja disempitkan sehingga jelas segala bentuk badan laksana ular melilit, pun ditolak oleh Islam.'
(Tafsir Al-Azhar, Jilid 6, Hal. 295, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015)
MENGENAL (KEMBALI) BUYA HAMKA
Ketua Majelis Ulama Indonesia: Buya HAMKA
mui.or.id/tentang-mui/ketua-mui/buya-hamka.html
Hujjatul Islam: Buya HAMKA
republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/04/12/m2clyh-hujjatul-islam-buya-hamka-ulama-besar-dan-penulis-andal-1
Biografi Ulama Besar: HAMKA
muhammadiyah.or.id/id/artikel-biografi-pujangga-ulama-besar-hamka--detail-21.html
Mantan Menteri Agama H. A. Mukti Ali mengatakan, "Berdirinya MUI adalah jasa Hamka terhadap bangsa dan negara. Tanpa Buya, lembaga itu tak akan mampu berdiri."
kemenag.go.id/file/dokumen/HAMKA.pdf
"Buya HAMKA adalah tokoh dan sosok yang sangat populer di Malaysia. Buku-buku beliau dicetak ulang di Malaysia. Tafsir Al-Azhar Buya HAMKA merupakan bacaan wajib."
disdik.agamkab.go.id/berita/34-berita/1545-seminar-internasional-prinsip-buya-hamka-cermin-kekayaan-minangkabau
"Antara Syari'ah dan Fiqh
(a) menutup aurat itu wajib bagi lelaki dan perempuan (nash qat'i dan ini Syari'ah)
(b) apa batasan aurat lelaki dan perempuan? (ini fiqh)
Catatan: apakah jilbab itu wajib atau tidak, adalah pertanyaan yang keliru. Karena yang wajib adalah menutup aurat.
Nah, masalahnya apakah paha lelaki itu termasuk aurat sehingga wajib ditutup? Apakah rambut wanita itu termasuk aurat sehingga wajib ditutup? Para ulama berbeda dalam menjawabnya."
*Nadirsyah Hosen, Dosen Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
luk.staff.ugm.ac.id/kmi/isnet/Nadirsyah/Fiqh.html
Terdapat tiga MUSIBAH BESAR yang melanda umat islam saat ini:
1. Menganggap wajib perkara-perkara sunnah.
2. Menganggap pasti (Qhat'i) perkara-perkara yang masih menjadi perkiraan (Zhann).
3. Mengklaim konsensus (Ijma) dalam hal yang dipertentangkan (Khilafiyah).
*Syeikh Amru Wardani. Majlis Kitab al-Asybah wa al-Nadzair. Hari Senin, 16 September 2013
www.suaraalazhar.com/2015/05/tiga-permasalahan-utama-umat-saat-ini.html
*bila kelak ada yang berkata atau menuduh dan fitnah Buya HAMKA: Sesat dan menyesatkan, Syiah, Liberal, JIL, JIN, SEPILIS atau tuduhan serta fitnah keji lainnya (hanya karena ijtihad Beliau mungkin tidak sesuai dengan trend/tradisi saat ini), maka ketahuilah dan ada baiknya cukupkan wawasan terlebih dahulu, bahwa dulu Beliau sudah pernah dituduh sebagai Salafi Wahabi (yang notabene identik dengan Arab Saudi). "Teguran Suci & Jujur Terhadap Mufti Johor: Sebuah Polemik Agama" #HAMKA #MenolakLupa
Post a Comment